-
Sains
Mesodinium chamaeleon, organisme bersel tunggal Setengah Hewan Setengah Tumbuhan
Penemuan spesies baru Mesodinium chamaeleon mengagetkan para ilmuwan. Spesies ini menarik perhatian karena karakteristiknya setengah hewan setengah tumbuhan. Ilmuwan yang semula menganggap bahwa tak mungkin ada makhluk di antara hewan dan tumbuhan pun harus berpikir ulang.
Mesodinium chamaeleon sebenarnya adalah organisme sel tunggal. Karakteristik yang membuatnya bisa dikatakan hewan adalah adanya cilia, organ sel yang digunakan untuk bergerak. Adanya organ memungkinkan spesies ini bergerak secara aktif mencari makan seperti layaknya hewan.
Sementara itu, karakteristik yang membuatnya dikatakan tumbuhan ialah adanya simbiosis dengan alga. Mesodinium chamaeleon "menelan" alga, membiarkannya tetap utuh dan berfotosintesis. Mesodinium chamaeleon juga membawa alga bergerak dan mengubah penampakan dirinya seperti warna alga, yakni merah atau hijau.
Ojvin Mooestrap, peneliti dari Universitas Copenhagen, Denmark, yang menemukan spesies itu seperti dikutip New Scientist, menyatakan, "Pembagian antara hewan dan tumbuhan benar-benar tidak ada." Mooestrap mengungkapkan, banyak organisme mungkin gabungan di antara keduanya.
Mesodinium chamaeleon ditemukan di Pantai Niva, Denmark. Spesimen lainnya juga ditemukan di lepas pantai Finlandia dan Rhode Island. Temuan organisme setengah tumbuhan cukup jarang. Selain Mesodinium chamaeleon, organisme yang punya ciri hampir sama ialah Mesodinium rubrum.
Bentuk simbiosis yang dilakukan Mesodinium chamaeleon dengan menelan alga disebut endosimbiosis. Bentuk simbiosis ini ialah yang terpenting dalam evolusi. Dua miliar tahun lalu, organisme sel tunggal menelan bakteri dan memperbudaknya sebagai pabrik energi. Akibat proses ini, terciptalah mitokondria yang pada organisme multisel dikenal sebagai pabrik energi.
Mesodinium chamaeleon mencerminkan bagaimana endosimbiosis berkembang. Penemuannya dipublikasikan di Journal of Eukaryotic Microbiology baru-baru ini.
NEWS Abalone diminati banyak negara seperti, China, Jepang dan beberapa negara Eropa
Siput abalone menyimpan potensi untuk menjadi komoditas, karena nilai ekonominya yang tinggi. Tapi, jika penangkapannya berlebihan, dapat mengakibatkan kepunahan.
Oleh karena itu, inovasi teknologi budidaya abalone di Indonesia sangat penting ditingkatkan.
Hal itu disampaikan peneliti Puslit Oceanografi LIPI, Dwi Eny Djoko Setyono dalam orasi ilmiah berjudul, ‘Biologi dan Inovasi Teknologi Budi daya Abalon Tropis Untuk Meningkatkan Produksi Perikanan di Indonesia’, di gedung LIPI, Jakarta, Jumat 11 November 2011.
Dia menyampaikan, masa depan budi daya abalone sangat baik mengingat lahan yang cocok sangat luas. Makanan siput ini juga gampang dan bahan pakannya relatif murah. Makanan abalone ini berupa lumut, atau tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, dan minyak ikan.
“Pemerintah perlu menyosialisasikan usaha budidaya abalone tropis untuk menyejahterakan masyarakat,” ujarnya, Jumat, 11 November 2011.
Dalam pasar ekspor, abalone juga banyak diminati seperti, China, Jepang dan beberapa negara di Eropa. Bahkan di China, abalone kata Dwi, dijadikan suguhan resmi untuk tamu.
Harga abalone di pasar ekspor mencapai US$40 per kg untuk abalone hidup, US$66 per kg untuk daging abalone segar, US$80 per kg untuk abalone yang dikalengkan.
“Untuk budidaya ini bisa dimulai kecil saja, buat kolam ukuran 5 m2 sudah bisa. Yang penting airnya bersih,” sarannya.
Sampai saat ini, dia mengaku sudah mengembangkan pembenihan. Tahun depan akan melakukan studi pembesaran budidaya.
Meski demikian, dia merasa inovasi budidaya perlu dikembangkan. Masih banyak riset berkaitan dengan budidaya abalon perlu dilakukan, misalnya formulasi pakan buatan, pemilihan benih, aplikasi zat probiotik dan hormon pertumbuhan, dan kontrol penyakit.
Untuk melakukan penelitian juga diperlukan kerja tim yang terdiri dari, pakar nutrisi, biokimia, imunologi, mikrobiologi. Pemanfaatan abalone sampai saat ini hanya untuk konsumsi. Tapi tidak menutup kemungkinan bisa dilanjutkan dengan pemanfaatan yang lain.
Di beberapa wilayah Indonesia, abalone diketahui telah mengalami kelebihan tangkapan. Untuk itu, dia mengharapkan pemerintah mengeluarkan peraturan untuk membatasi kuota maupun ukuran biota yang boleh ditangkap dari alam
FAUNA Pembiakan sel yang diambil dari induknya ini dianggap lebih aman dari kloning.
UNIK Struktur jaring laba-laba yang unik ini memiliki nama ilmiah stabilimentum atau stabilimenta
Jaring laba-laba, mungkin saja merupakan struktur alam buatan hewan yang paling cantik dan ruwet. Tapi beberapa jenis laba-laba membuatnya lebih baik lagi. Mereka membangunnya selangkah lebih maju.

Beberapa jenis laba-laba menghias jaringnya bahkan lebih tertata dengan pola yang lebih kompleks, seolah-olah menunjukkan bahwa merekalah desainer alam terbaik di muka bumi. Kalau melihat gambar-gambar berikut ini memang tidak terlihat sempurna tapi cukup membuat kita bertanya mengapa mereka membuat konfigurasi ekstra ini.
Struktur jaring laba-laba ekstra ini memiliki nama ilmiah stabilimentum atau stabilimenta. Nama ini sebenarnya diambil secara tidak sengaja, bahkan muncul karena adanya kesalahan yaitu saat peneliti menduga bahwa pola ini bertujuan untuk membuat jaring laba-laba stabil. Teori ini belakangan dibantah.
Sepertinya fungsi dari pola ekstra ini bisa bermacam-macam. Laba-laba membangun pola ini sendiri berkali-kali mungkin sampai sepuluh kali. Beberapa diantaranya membuat pola ini tidak berasal dari jaringnya sendiri melainkan dari sisa-sisa apa saja termasuk dari bekas telurnya sendiri atau apa saja yang ada di dekat jaringnya.
Pola jaring ekstra ini bisa ditemukan diantara sejumlah spesies laba-laba – tapi contoh terbaiknya adalah yang dari jenis Argiope. Pola ekstra ini, seringkali hampir presisi secara matematis dengan sudut 45 derajat, sepertinya dibuat untuk “memelarkan” tubuh mereka sehingga membuatnya lebih tidak menarik predatornya. Kadang-kadang pola ini mengarah vertikal dan laba-laba yang lebih muda mungkin membuatnya berbentuk seperti piringan.
Menjawab pertanyaan mengapa pola ekstra ini dibuat sepertinya menjadi tidak sederhana. Beberapa menganggapnya memberikan perlindungan ekstra karena membuat laba-laba terlihat lebih besar atau sebagai kamuflase. Atau sebaliknya justru membuatnya lebih terlihat dibanding jaringnya sendiri sehingga membuatnya makin mudah terlihat oleh misalnya burung. Lebih seperti “rambu stop” untuk hewan lainnya.
Belakangan disebutkan bahwa stabilimenta digunakan untuk lebih menarik mangsa laba-laba. Sering lihat serangga di malam hari berkumpul mendekati cahaya lampu? Pola ekstra jaring laba-laba ini diyakini mampu memantulkan sinar ultraviolet sehingga meanrik lebih banyak lagi mangsa untuk mendekati jaring.
Thermoregulation, teori ini menyebutkan bahwa pola ekstra ini membantu laba-laba menjaga suhu tubuhnya optimal untuk bertahan hidup dalam cuaca apapun.
Adapula yang menyebutkan bahwa laba-laba memiliki estetika – seperti manusia yang juga memiliki estetika – seperti yang juga ditunjukkan hewan lainnya untuk memperbaiki lingkungan sekitarnya untuk mengejar sesuatu.
Bisa saja, dorongan reproduksi menjadi alasan mengapa pola ekstra ini dibuat. Saat seekor betina siap untuk bereproduksi cara apalagi yang lebih baik untuk menarik sang jantan selain mempercantik jaringnya?
Pola ekstra ini paling banyak memang dibuat dari jaringnya sendiri selain beberapa jenis mengkombinasikannya dengan benda apa saja di dekatnya. Pada jenis Nephila, sisa-sisa mangsa pun ikut ditempelkan pada pola ini dengan maksud lebih menarik mangsa lainnya lagi.
Apapun alasannya, hal ini menunjukkan di luar sana ada banyak keajaiban alam yang tidak kita sadari terjadi tiap hari. Bahkan dilakukan oleh binatang kecil yang hampir kita tidak pernah mempedulikannya.
BIOTEKNOKita bisa mengembangkan terapi untuk kelainan psikiatrik dengan menyasar usus.
![]() |
Simbol Recycling |
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle).
Pciklopedia.co.cc - Konsultan perusahaan Co. Casia dari Belanda yang akan mendirikan pabrik dan gudang Kayumanis (casiavera) di sentra produksi rempah kayumanis Kerinci menilai hampir semua bagian dari pohon kayumanis mengandung manfaat termasuk daunnya yang dinilai bisa menghasilkan panas.
" Hampir semua bagian dari kayumanis ternyata mangandung manfaat dan sangat potensi untuk dapat terus dikembangkan sehingga menjadi sumber peningkatan kesejahteraan petani, tidak hanya kulit kayunya yang merupakan bagian produk utama, tapi juga kulit arinya, batang, akar, bahkan daunnya," terang Konsultan perusahaan Co. Casia Firman SH, di Jambi.
" Hampir semua bagian dari kayumanis ternyata mangandung manfaat dan sangat potensi untuk dapat terus dikembangkan sehingga menjadi sumber peningkatan kesejahteraan petani, tidak hanya kulit kayunya yang merupakan bagian produk utama, tapi juga kulit arinya, batang, akar, bahkan daunnya," terang Konsultan perusahaan Co. Casia Firman SH, di Jambi.

PCiklopedia.co.cc - Ilmuwan di Colorado State University, Amerika Serikat, mengembangkan sebuah cara yang memungkinkan tanaman di sekeliling kita menjadi pendeteksi ancaman teror bom. Bagaimana caranya? Saat ini, Profesor June Medford beserta timnya tengah bekerja membuat tanaman hijau agar bisa berubah warna menjadi putih jika mendeteksi keberadaan senjata kimia atau biologi yang bisa meledak di sekitar mereka. Nah, ketika kita menemukan tanaman berubah jadi putih, ini berarti peringatan tanda bahaya akan terjadi ledakan bagi orang-orang di sekitar area itu agar segera mencari tempat yang aman.
Seperti dikutip dari Fox News, Rabu (16/2/2011) "Kami memodifikasi benih tanaman. Sifat dan kemampuan ini akan stabil dan menempel pada tumbuhan selamanya. Dengan demikian, tanaman bisa diberdayakan untuk keamanan, memberitahu Anda akan adanya bahaya ledakan," papar Medford Memang terdengar seperti kisah fiksi ilmiah. Tapi Medford menyebutkan, menggunakan tanaman untuk mendeteksi patogen dan bahan kimia berbahaya sangatlah masuk akal. Dia mencontohkan seperti halnya pisang berwarna hijau yang tidak akan matang pada iklim bumi bagian utara kecuali jika terpapar gas ethylene. "Saya melakukan modifikasi pada tanaman agar bisa bereaksi saat terpapar zat tertentu dan berubah warna. Cara ini bisa diterapkan pada tanaman jenis apa pun
PCiklopedia.co.cc - Ilmuwan di Colorado State University, Amerika Serikat, mengembangkan sebuah cara yang memungkinkan tanaman di sekeliling kita menjadi pendeteksi ancaman teror bom. Bagaimana caranya?
Saat ini, Profesor June Medford beserta timnya tengah bekerja membuat tanaman hijau agar bisa berubah warna menjadi putih jika mendeteksi keberadaan senjata kimia atau biologi yang bisa meledak di sekitar mereka.
Nah, ketika kita menemukan tanaman berubah jadi putih, ini berarti peringatan tanda bahaya akan terjadi ledakan bagi orang-orang di sekitar area itu agar segera mencari tempat yang aman. Seperti dikutip dari Fox News, Rabu (16/2/2011) "Kami memodifikasi benih tanaman. Sifat dan kemampuan ini akan stabil dan menempel pada tumbuhan selamanya. Dengan demikian, tanaman bisa diberdayakan untuk keamanan, memberitahu Anda akan adanya bahaya ledakan," papar Medford
Memang terdengar seperti kisah fiksi ilmiah. Tapi Medford menyebutkan, menggunakan tanaman untuk mendeteksi patogen dan bahan kimia berbahaya sangatlah masuk akal. Dia mencontohkan seperti halnya pisang berwarna hijau yang tidak akan matang pada iklim bumi bagian utara kecuali jika terpapar gas ethylene.
"Saya melakukan modifikasi pada tanaman agar bisa bereaksi saat terpapar zat tertentu dan berubah warna. Cara ini bisa diterapkan pada tanaman jenis apa pun.
Saat ini, Profesor June Medford beserta timnya tengah bekerja membuat tanaman hijau agar bisa berubah warna menjadi putih jika mendeteksi keberadaan senjata kimia atau biologi yang bisa meledak di sekitar mereka.
Nah, ketika kita menemukan tanaman berubah jadi putih, ini berarti peringatan tanda bahaya akan terjadi ledakan bagi orang-orang di sekitar area itu agar segera mencari tempat yang aman. Seperti dikutip dari Fox News, Rabu (16/2/2011) "Kami memodifikasi benih tanaman. Sifat dan kemampuan ini akan stabil dan menempel pada tumbuhan selamanya. Dengan demikian, tanaman bisa diberdayakan untuk keamanan, memberitahu Anda akan adanya bahaya ledakan," papar Medford
Memang terdengar seperti kisah fiksi ilmiah. Tapi Medford menyebutkan, menggunakan tanaman untuk mendeteksi patogen dan bahan kimia berbahaya sangatlah masuk akal. Dia mencontohkan seperti halnya pisang berwarna hijau yang tidak akan matang pada iklim bumi bagian utara kecuali jika terpapar gas ethylene.
"Saya melakukan modifikasi pada tanaman agar bisa bereaksi saat terpapar zat tertentu dan berubah warna. Cara ini bisa diterapkan pada tanaman jenis apa pun.

PCiklopedia.co.cc - Otak manusia menyusut seiring perkembangan lingkungan sosialnya yang semakin kompleks.
Profesor David Geary, psikolog dari University of Missoury bersama koleganya yang telah mempelajari evolusi ukuran tengkorak manusia berusia 1,9 juta sampai 10 ribu tahun lalu, menemukan bahwa ukuran otak menyusut sejalan dengan semakin meningkatnya kepadatan populasi.
Hipotesis yang mereka gunakan adalah semakin banyak manusia yang tinggal bersama secara berdekatan, maka semakin banyak pertukaran yang terjadi dalam kelompok, semakin rapi pembagian fungsi kerja, dan semakin kaya serta beragam interaksi diantara sesama manusia. "Saat masyarakat dengan tatanan sosial yang makin kompleks muncul, otak mengecil karena manusia tidak perlu sepintar sebelumnya untuk bertahan hidup," kata Geary seperti dikutip AFP.
Hipotesis Geary dan timnya itu sesuai dengan hasil penelitian yang mengungkapkan otak manusia menyusut selama 30 ribu tahun terakhir. Ukuran rata-rata otak manusia modern--Homo sapiens--menurun sekira 10 persen selama periode itu dari 1.500 menjadi 1.359 centimeter kubik, seukuran sebuah bola tenis. Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tengkorak yang ditemukan di Eropa, Timur Tengah, dan Asia itu juga menemukan otak wanita yang lebih kecil dari rata-rata ukuran otak pria pun mengalami penysutan dalam jumlah yang sama.
Meski begitu, ahli antropologi tidak terlalu terkejut dengan fenomena penyusutan otak manusia. Pasalnya, menurut mereka, ukuran otak berkaitan erat dengan ukuran tubuh. Semakin besar dan kuat tubuh manusia, semakin besar ukuran otak untuk mengontrolnya.
Para antropolog merujuk pada manusia Neanderthal "sepupu" manusia modern yang tubuhnya jauh lebih besar, memiliki otak yang juga lebih besar. Begitu pula manusia Cro-Magnon -- yang membuat lukisan binatang besar di gua Lascaux 17 ribu tahun lalu -- yang tubuhnya lebih kuat dibandingkan pendahulunya. Menurut Geary, karakteristik itu memang diperlukan dalam menghadapi lingkungan yang penuh bahaya.
Namun penyusutan otak bukan berarti manusia modern lebih bodoh daripada leluhurnya. "Ini justru menunjukkan bahwa otak manusia modern berkembang dengan cara yang berbeda serta memiliki bentuk kecedasan yang lebih rumit," simpul Brian Hare, asisten profesor antropologi dari Dukue University.
Sumber :
National Geographic
Physorg
Profesor David Geary, psikolog dari University of Missoury bersama koleganya yang telah mempelajari evolusi ukuran tengkorak manusia berusia 1,9 juta sampai 10 ribu tahun lalu, menemukan bahwa ukuran otak menyusut sejalan dengan semakin meningkatnya kepadatan populasi.
Hipotesis yang mereka gunakan adalah semakin banyak manusia yang tinggal bersama secara berdekatan, maka semakin banyak pertukaran yang terjadi dalam kelompok, semakin rapi pembagian fungsi kerja, dan semakin kaya serta beragam interaksi diantara sesama manusia. "Saat masyarakat dengan tatanan sosial yang makin kompleks muncul, otak mengecil karena manusia tidak perlu sepintar sebelumnya untuk bertahan hidup," kata Geary seperti dikutip AFP.
Hipotesis Geary dan timnya itu sesuai dengan hasil penelitian yang mengungkapkan otak manusia menyusut selama 30 ribu tahun terakhir. Ukuran rata-rata otak manusia modern--Homo sapiens--menurun sekira 10 persen selama periode itu dari 1.500 menjadi 1.359 centimeter kubik, seukuran sebuah bola tenis. Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tengkorak yang ditemukan di Eropa, Timur Tengah, dan Asia itu juga menemukan otak wanita yang lebih kecil dari rata-rata ukuran otak pria pun mengalami penysutan dalam jumlah yang sama.
Meski begitu, ahli antropologi tidak terlalu terkejut dengan fenomena penyusutan otak manusia. Pasalnya, menurut mereka, ukuran otak berkaitan erat dengan ukuran tubuh. Semakin besar dan kuat tubuh manusia, semakin besar ukuran otak untuk mengontrolnya.
Para antropolog merujuk pada manusia Neanderthal "sepupu" manusia modern yang tubuhnya jauh lebih besar, memiliki otak yang juga lebih besar. Begitu pula manusia Cro-Magnon -- yang membuat lukisan binatang besar di gua Lascaux 17 ribu tahun lalu -- yang tubuhnya lebih kuat dibandingkan pendahulunya. Menurut Geary, karakteristik itu memang diperlukan dalam menghadapi lingkungan yang penuh bahaya.
Namun penyusutan otak bukan berarti manusia modern lebih bodoh daripada leluhurnya. "Ini justru menunjukkan bahwa otak manusia modern berkembang dengan cara yang berbeda serta memiliki bentuk kecedasan yang lebih rumit," simpul Brian Hare, asisten profesor antropologi dari Dukue University.
Sumber :
National Geographic
Physorg

Pusceddu menyebutkan, Loricifera memiliki cara adaptasi yang unik terhadap lingkungan bebas oksigen. Hewan ini tidak memiliki mitochondria (sel yang mampu mengonversi oksigen menjadi energi seperti yang ada di seluruh sel hewan lainnya). Akan tetapi mereka menggunakan struktur yang menyerupai hydrogenosom, organ yang menggunakan mikroba untuk menghasilkan energi.
Yang menarik, temuan ini membuka kemungkinan adanya kehidupan hewan yang lebih kompleks di lingkungan keras bebas oksigen lainnya. Baik di Bumi ataupun di tempat-tempat lain. (hs)

Pernahkah anda bertanya-tanya mengapa lebah/tawon memiliki garis kuning besar di bagian tubuhnya? jawabanx, ternyata hal itu jg berkaitan dengan prilaku lebah yg bergerak lebih aktif selama musim panas atau di pagi hari dan siang hari untuk hari-hari biasanya. Karena pada musim panas atau pada saat matahari menyengat bumi, lebah mampu menyerap sinar matahari melalui struktur khusus di bagian perutnya dan mengubahnya menjadi energi. Nah, berangkat dr fakta inilah tim peneliti yang bekerja di Israel dan Inggris, yang dipimpin oleh Dr Marian Plotkin dari Tel-Aviv University. Menjadikan tawon sebagai objek penelitiannya, dalam mempelajari fotovoltaik lebah untuk desain solar cells [sel surya].
pada lebah, kutikula kuning terdiri dari tonjolan interlocking kecil, sekitar 50 nanometer, dengan kemampuan menyerap cahaya sekitar 5 persen/lebih. Kutikula kuning jg terdiri dr pigmen xanthopterin. Para peneliti menunjukkan bahwa dalam sel surya buatan, xanthopterin dapat bekerja sebagai molekul untuk memanen cahaya, mengubah cahaya menjadi energi listrik dengan efisien. Sebuah penemuan baru yg tentu saja diharapkan bermanfaat untuk kelangkaan energi dimasa mendatang.
